Minggu, 26 Februari 2017

Penanganan Bahan Kimia

Tipe Bahaya Bahan Kimia

1. Bahan yang mudah meledak (eksplosip)

Ledakan dapat terjadi karena adanya gesekan, loncatan api, pemanasan dan bantingan terhadap bahan kimia seperti ammonium karbonat. Bahan yang mudah meledak disimpan dalam ruangan kering dan bersih. Jika melakukan aktivitas dengan bahan yang mudah meledak harus di lakukan di lemari asam menggunakan alat pelindung dari plastik yang transparan dan tebal serta siap dengan alat pemadam kebakaran.

2. Bahan yang beracun (toksis)

Bila memungkinkan penggunaan bahan kimia beracun diusahakan diganti dengan zat lain yang setara yang tidak beracun atau sifat toksisitasnya lebih rendah. Sebagai contoh, benzena diganti dengan toluene. Apabila bekerja dengan bahan kimia beracun maka dilakukan di lemari asam dengan menggunakan masker yang spesifik. Spesifikasi masker dapat dilihat dari pita yang melekat pada filternya sebagai berikut:

  • putih : asam pekat
  • hitam : asam sianida
  • hijau : amoniak
  • biru : CO
  • putih strip kuning : gas klor
  • kuning : asam dan uap organic
  • coklat : asam, uap organic, dan amoniak
  • mekanik (perban) : debu

3. Bahan yang mudah terbakar

Terjadinya kebakaran hanya dapat dimengerti bila memahami segitiga api yaitu:
A : Oksigen
B : Bahan bakar
C : Sumber api
Kebakaran akan terjadi bila tiga unsur tersebut terpenuhi.

Klasifikasi kebakaran sebagai berikut:
Kelas kebakaran A : bahan mudah terbakar seperti kertas, kayu, tekstil, plastik
Kelas kebakaran B : pelarut mudah terbakar seperti benzene, toluene dan eter
Kelas kebakaran C : instalasi listrik seperti travo dan peralatan listrik
Kelas kebakaran D : logam alkali seperti logam Na dan Li

Penanganan kebakaran sesuai kelas kebakaran sebagai berikut:
  • air untuk kelas kebakaran A, B, C dengan warna tabung merah
  • busa untuk kelas kebakaran A, B  dengan warna tabung krem
  • tepung untuk kelas kebakaran A, B, C, D dengan warna tabung biru
  • halogen untuk kelas kebakaran A, B, C, D dengan warna tabung hijau
  • karbondioksida untuk kelas kebakaran A, B, C, D dengan warna tabung hitam
  • pasir untuk kelas kebakaran A dan B

Selain alat pemadam kebakaran juga harus tersedia selimut api dan pasir. Sebaiknya adakan simulasi kebakaran.

4. Bahan yang dapat menimbulkan bahaya kecil

Bahan ini bila masuk ke dalam organ tubuh akan menyebabkan gangguan kesehatan seperti piridin pada laki-laki dan piperidin untuk perempuan. Untuk pencegahan maka aktivitas dilakukan di lemari asam.

5. Bahan yang bersifat korosif

Bahan yang bila kontak dengan tubuh dapat merusak jaringan seperti brom. Urutan sifat korosif dalam bentuk gas > cair  > padat. Untuk pencegahannya gunakan sarung tangan dari plastik dan masker. Bila terjadi kontak dengan bahan korosif maka tindakan pertama adalah menyiram dengan air sebanyak-banyaknya sebelum dibawa ke dokter.

6. Bahan yang dapat menimbulkan iritasi

Bahan ini bila kontak dengan tubuh dapat menyebabkan lecet kulit, mata dan mengganggu pernafasan seperti fenol. Pencegahannya digunakan sarung tangan dari plastik.

7. Bahan yang dapat menghasilkan radiasi

Bahan ini bersifat radioaktif yang dapat memancarkan sinar alfa, beta dan gama sehingga dapat merusak jaringan tubuh (mutasi gen) khususnya di laboratorium nuklir seperti BATAN. Pencegahannya dengan menggunakan baju timbal.


Penyimpanan Bahan Kimia
  1. Bahan yang mudah meledak disimpan di ruangan yang dingin dan berventilasi. Hindari benturan, gesekan, dan loncatan api serta panas
  2. Bahan yang mudah terbakar disimpan di ruangan dingin dan berventilasi serta tersedia alat pemadaman kebakaran. Hindari kontak langsung dengan udara dan sumber api
  3. Bahan yang mudah teroksidasi disimpan di ruangan yang dingin dan berventilasi. Hindari panas, bahan mudah terbakar dan reduktor.
  4. Bahan korosif disimpan di ruangan dingin dan berventilasi. Hindari kontaminasi dengan udara, pernafasan serta kontak dengan kulit juga mata, wadah tertutup rapat, berlabel dan dipisahkan dari bahan beracun
  5. Bahan beracun hindari kontaminasi dengan udara, pernafasan serta kontak kulit dan mata, terpisah dari bahan yang dapat berinteraksi, sediakan alat pelindung diri, pakaian kerja, masker dan sarung tangan
  6. Bahan yang iritan disimpan di ruangan dingin dan berventilasi. Hindari kontaminasi dengan udara, pernafasan, kulit dan mata
  7. Bahan radioaktif disimpan di ruangan yang didesain khusus
  8. Bahan reaktif terhadap air disimpan di ruangan dingin, kering, dan berventilasi. Hindari air, api, panas dan disediakan tabung kebakaran dengan bahan karbondioksida
  9. Bahan reaktif terhadap asam disimpan di ruangan dingin, kering, dan berventilasi. Hindari asam, sumber api, panas, dan ruang penyimpanan perlu didesain khusus agar tidak terjadi kantong-kantong hidrogen
  10. Gas bertekanan disimpan di ruangan dingin dan tidak terkena langsung dengan sinar matahari. Hindari api, panas, bahan korosif yang dapat merusak keran dan katub. Bila tidak digunakan disimpan dalam keadaan tidur. Bila digunakan disimpan dalam keadaan berdiri dan terikat ke dinding khususnya untuk tabung yang tinggi
  11. Bahan yang bila berdekatan akan menimbulkan racun, reaksi hebat, kebakaran atau ledakan

Daftar Pustaka

Sitorus, M.S., dan Sutiani, A., 2013. Pengelolaan dan Manajemen Laboratorium Kimia. Yogyakarta: Graha Ilmu.



Manajemen Laboratorium

Manajemen laboratorium adalah usaha untuk mengelola laboratorium berdasarkan konsep manajemen baku. Pengelolaan laboratorium yang baik tergantung beberapa faktor yang saling berkaitan satu dengan yang lainnya. Untuk mengelola laboratorium dengan baik maka harus dipahami mengenai perangkat manajemen laboratorium sebagai berikut:

  1. tata ruang
  2. peralatan yang baik dan terkalibrasi
  3. infrastruktur
  4. administrasi laboratorium
  5. organisasi laboratorium
  6. fasilitas pendanaan
  7. inventarisasi dan keamanan
  8. pengamanan laboratorium
  9. disiplin yang tinggi
  10. keterampilan SDM
  11. peraturan dasar
  12. penanganan masalah umum dan jenis-jenis pekerjaan
Semua perangkat manajemen laboratorium jika dikelola secara optimal maka akan mendukung implementasi manajemen laboratorium yang baik. Dengan demikian manajemen laboratorium dapat dipahami sebagai suatu tindakan pengelolaan yang kompleks dan terarah sejak perencanaan tata ruang sampai dengan perencanaan semua perangkat penunjang lainnya dengan pusat aktivitasnya adalah tata ruang.


Daftar Pustaka

Sitorus, M.S., dan Sutiani, A., 2013. Pengelolaan dan Manajemen Laboratorium Kimia. Yogyakarta: Graha Ilmu.

7 Unsur Pokok Pengelolaan Laboratorium

Ada 7 unsur pokok dalam pengelolaan laboratorium sebagai berikut:

1. Perencanaan 

Perencanaan laboratorium ditujukan untuk beberapa hal yakni:

  • mengatur segala kegiatan yang diselenggarakan di laboratorium yang terdiri dari penelitian, eksperimen, aplikasi teori, pengujian teori dsb.
  • menentukan indikator keberhasilan dalam setiap tahapan dari kegiatan yang direncanakan.
Selain itu, perencanaan ditujukan untuk beberapa kegiatan penting di laboratorium diantaranya:


  • pelayanan praktikum
  • penelitian
  • pengadaan peralatan
  • pengadaan kebutuhan bahan
  • optimalisasi sumber daya, baik dari sisi tenaga pengajar, pembimbing, para ahli, maupun para peserta penelitian
  • mencari sumber-sumber dana untuk kemandirian laboratorium dan maintenance.
2. Pengaturan 


Pengaturan laboratorium mencakup dua hal pokok yaitu:

  • setting secara fisik
  • regulating (pengaturan jadwal kegiatan dan penyusunan perangkat lunak untuk terlaksananya ketertiban dan keselamatan bekerja di laboratorium)
Ada prinsip yang harus diperhatikan oleh pengelola laboratorium ketika melakukan dan menentukan setting laboratorium sebagai berikut:


  • keselamatan penempatan alat dan bahan laboratorium
  • efektivitas dan efisiensi berkaitan dengan penggunaan alat laboratorium
  • kemudahan pengawasan 
3. Regulating


Aturan saat bekerja di laboratorium meliputi:

  • struktur organisasi
  • job description 
  • diagram alur
  • penjadwalan
  • tata tertib
  • prosedur penggunaan alat
  • petunjuk praktikum
  • prosedur keselamatan kerja
4. Pencatatan 


Pencatatan sangat dibutuhkan dalam pengelolaan laboratorium dan harus ada dalam manajemen pengelolaan laboratorium. Pencatatan dapat dilakukan terhadap semua hal yang berkaitan dengan laboratorium mulai dari peralatan, kegiatan-kegiatan, tenaga pengajar, para peserta, sponsor, mitra kerja sama, dan keuangan serta masih banyak hal lainnya. Pencatatan juga bisa dilakukan hanya pada hal pokok dalam laboratorium, seperti seluruh kegiatan laboratorium, peredaran keuangan dan peralatan laboratorium.

5. Pemeliharaan

Pemeliharaan secara periodik terhadap beberapa hal pokok seperti:

  • seluruh utility ruangan
  • listrik
  • gas
  • pemadaman kebakaran
  • detektor
  • kondisi alat laboratorium serta aksesorisnya

6. Keselamatan Laboratorium

Kecelakaan bisa terjadi pada siapa saja yang melakukan kegiatan di laboratorium. Kecelakaan terjadi sifatnya diluar kemauan atau kemampuan para pengelola laboratorium termasuk juga para peneliti di laboratorium. Kecelakaan bisa saja terjadi dalam sekejap namun kerusakan dan kerugiannya bisa sangat besar. Prosedur penanganan kecelakaan laboratorium juga tergantung pada jenis kecelakaannya. Penanganan kecelakaan memerlukan keterampilan khusus dari seorang pengelola laboratorium.

7. Pendanaan

Kegiatan laboratorium tidak akan berjalan lancar, efektif, dan efisien tanpa diiringi dengan pendanaan yang baik dan terperinci sekalipun laboratorium tersebut memiliki persediaan keuangan yang sangat banyak. Cara yang paling mudah untuk mendapatkan sumber dana adalah sebagai berikut:

  • biaya praktikum yang dipungut dari setiap peserta
  • uang pendaftaran bagi setiap peserta
  • sponsor 
  • anggaran khusus dari lembaga yang menaungi laboratorium


DAFTAR PUSTAKA

Decaprio. R., 2013. Tips Mengelola Laboratorium Sekolah. Yogyakarta: Diva Press.


Struktur Organisasi Laboratorium

Struktur Organisasi Laboratorium dan Tugasnya


Laboratorium memiliki struktur organisasi didalamnya guna mengelola kegiatan di laboratorium. Adapun struktur organisasi di dalam laboratorium adalah sebagai berikut:

1. Kepala Laboratorium bertugas:

  • Memberikan tugas kepada penanggungjawab teknis, koordinator laboratorium, koordinator peserta kegiatan di laboratorium dan memberi tugas kepada laboran. 
  • Memberikan bimbingan, motivasi, pemantaun, dan evaluasi pada petugas laboratorium.
  • Memberikan motivasi kepada para peserta yang terlibat dalam kegiatan laboratorium.
  • Menyediakan dana untuk keperluan operasional laboratorium.

2. Supervisor bertugas:

  • Melakukan checklist day to day yaitu selalu mengontrol kegiatan laboratorium setiap hari.
  • Memonitor penataan barang serta menjaga dan memonitor keutuhan fungsi dan barang laboratorium.
  • Melakukan pengecekan penerimaan peserta penelitian di laboratorium serta melakukan pemantauan hasil penelitian, praktik, atau eksperimen yang dilakukan di laboratorium.
  • Mengawasi kelancaran kegiatan penelitian, praktik atau eksperimen yang dilakukan di laboratorium.
  • Melakukan konseling dengan para bawahan di laboratorium.

3. Penanggungjawab teknis laboratorium, bertugas:

  • Bertanggungjawab atas kelengkapan administrasi laboratorium seperti absensi, kartu peserta, buku inventaris barang, buku noninventaris barang, buku peminjaman barang, jurnal kegiatan praktik, buku servis peralatan laboratorium, buku stok barang dan buku pemeriksaan peralatan.
  • Bertanggungjawab atas kelancaran kegiatan laboratorium.
  • Mengusulkan pengadaan alat atau bahan laboratorium.
4. Koordinator Laboratorium bertugas:


  • Mengkoordinir para peserta, pelatih, dan pembimbing dalam kegiatan penelitian, praktik, dan eksperimen di laboratorium.
  • Koordinator memiliki tugas yang sama seperti penanggungjawab teknis laboratorium yaitu dalam hal pengusulan alat dan bahan kepada kepala laboratorium.
5. Laboran adalah tenaga kependidikan yang bekerja di laboratorium dan membantu proses penelitian di laboratorium, bertugas:


  • Mengerjakan administrasi laboratorium.
  • Mengatur alat atau bahan laboratorium.
  • Bertanggungjawab atas kebersihan alat dan ruang laboratorium serta perlengkapannya.
  • Membantu para pembimbing, guru, pelatih, selama kegiatan eksperimen berlangsung di laboratorium.


DAFTAR PUSTAKA

Decaprio, R., 2013. Tips Mengelola Laboratorium Sekolah. Yogyakarta: Diva Press.

Apa itu Laboratorium?

Mengenal Laboratorium

Laboratorium sering disingkat menjadi "lab" yang merupakan tempat untuk melakukan eksperimen bagi para scientist. Banyak sumber yang mendefinisikan tentang apa itu laboratorium. Laboratorium menurut Decaprio (2013: 16) adalah tempat dilakukannya suatu riset ilmiah, percobaan, pengukuran, ataupun pelatihan ilmiah. Tidak berbeda jauh dengan pendapat Decaprio, laboratorium juga didefinisikan sebagai tempat untuk melakukan berbagai percobaan atau penelitian (Sitorus dan Sutiani, 2013: 1). Pada umumnya laboratorium dirancang untuk dilakukannya berbagai macam kegiatan penelitian guna menguji teori dan praktik ilmiah dari berbagai disiplin ilmu.

Laboratorium dibedakan berdasarkan disiplin ilmu seperti laboratorium biologi, laboratorium fisika, laboratorium kimia, laboratorium bahasa, dan laboratorium komputer. Berbagai jenis laboratorium antara lain laboratorium pendidikan dan laboratorium riset. Laboratorium pendidikan adalah laboratorium yang digunakan untuk pendidikan terutama tingkat SD, SMP, SMA, hingga Perguruan Tinggi. Contohnya laboratorium IPA, laboratorium bahasa dan laboratorium komputer. Laboratorium riset adalah laboratorium yang digunakan oleh para praktisi keilmuan dalam upaya menemukan sesuatu untuk meneliti sesuatu yang menjadi kajian bidang keahliannya.

Laboratorium juga memiliki banyak fungsi. Menurut Decaprio (2013: 17) fungsi laboratorium antara lain:
  1. Menyeimbangkan antara teori dan praktik ilmu dan menyatukan antara teori dan praktik.
  2. Memberikan keterampilan kerja ilmiah bagi para peneliti, baik dari kalangan siswa, mahasiswa, dosen ataupun peneliti lainnya.
  3. Memberikan dan memupuk keberanian para peneliti untuk mencari hakikat kebenaran ilmiah.
  4. Menambah keterampilan dan keahlian para peneliti dalam mempergunakan alat media yang tersedia di dalam laboratorium untuk mencari dan menentukan kebenaran ilmiah.
  5. Memupuk rasa ingin tahu kepada para peneliti mengenai berbagai macam ilmu sehingga akan mendorong mereka untuk selalu mengkaji dan mencari kebenaran ilmiah.
  6. Memupuk dan membina rasa percaya diri para peneliti.
  7. Sebagai sumber belajar untuk memecahkan berbagai masalah.
  8. Sebagai sarana belajar bagi para siswa, mahasiswa, dosen, dan peneliti lainnya


DAFTAR PUSTAKA

Decaprio, R., 2013. Tips Mengelola Laboratorium Sekolah. Yogyakarta: Diva Press.
Sitorus, M.S., dan Sutiani, A., 2013. Pengelolaan dan Manajemen Laboratorium Kimia. Yogyakarta: Graha Ilmu.