Senin, 03 April 2017

Keamanan dan Keselamatan di Laboratorium

Keamanan dan Keselamatan di Laboratorium

Keselamatan kerja di laboratorium adalah suatu hal yang mutlak untuk menghindari kecelakaan yang tidak diinginkan baik yang disebabkan peralatan maupun bahaya yang ditimbulkan oleh bahan-bahan kimia. Terkait keamanan dan keselamatan di laboratorium haruslah dibuat Standar Operasional Prosedur (SOP). Disamping pengetahuan yang baik tentang sifat bahaya bahan kimia perlu juga pengetahuan tentang alat-alat keselamatan di laboratorium. Bekerja di laboratorium mempunyai resiko yang berbahaya. Untuk meminimalisir kecelakaan di laboratorium maka haruslah mengetahui sumber-sumber bahaya, simbol-simbol tanda bahaya dan teknik penggunaan peralatan keselamatan kerja. Laboratorium yang baik harus mempunyai peralatan keselamatan kerja yang harus disesuaikan dengan kebutuhan masing-masing sesuai jenis laboratoriumnya.

Peralatan keselamatan yang ada di laboratorium sebagai berikut:
1. Jas laboratorium
Jas laboratorium digunakan untuk mencegah bahaya kontaminasi atau menghindari bahaya yang terjadi akibat percikan bahan-bahan kimia yang berbahaya. Fungsi lain dari jas laboratorium adalah untuk perlindungan dari mikroorganisme seperti bakteri, virus, dan jamur yang berbahaya bagi tubuh. Sebaiknya jas laboratorium hanya dipakai di laboratorium saja dan tidak dipakai di luar laboratorium karena menghindari kontaminasi dari luar.

2. Sarung tangan
Sarung tangan sangat penting digunakan karena daya tahan tangan terhadap bahan kimia dan suhu yang tinggi terbatas. Selain itu juga sarung tangan berguna untuk menghindari kontak langsung dari mikroorganisme yang berbahaya. Bahan sarung tangan dapat berupa karet alam dengan mutu dan ketebalan yang beragam. Sarung tangan ini sebaiknya dipakai satu kali  saja dan setelah itu dibuang di tempat sampah yang ada di laboratorium.

3. Masker
Masker digunakan untuk menghindari gas-gas yang berbahaya bagi tubuh dan juga menghindari bau yang tidak sedap yang dihasilkan dari bahan kimia ataupun specimen yang digunakan saat praktikum.

4. Alat pemadam kebakaran
Alat pemadam kebakaran ada berupa air, tepung, karbondioksida, busa dan pasir.

5. Selimut api
Selimut api digunakan saat waktu terjadi kebakaran khususnya untuk menerobos api kebakaran.

Apabila terjadi kecelakaan di laboratorium maka dilakukan pertolongan pertama. Pertolongan pertama bertujuan agar cidera yang timbul tidak lebih parah, menghentikan pendarahan, mencegah nyeri dan menjamin fungsi saluran pernapasan sehingga korban terselamatkan dari bahaya yang lebih fatal secara maksimal. Pokok-pokok utama P3K adalah sebagai berikut:
  1. Bila terjadi kecelakaan diharapkan tidak panik
  2. Hal pertama yang diperhatikan adalah pernapasan, bila korban berhenti bernapas segera lakukan napas buatan
  3. Bila terjadi pendarahan segera hentikan. Pendarahan yang terjadi pada pembuluh darah utama dapat menyebabkan kematian korban dalam tempo 3-5 menit
  4. Perhatikan tanda-tanda shock
  5. Jangan memindahkan korban secara terburu-buru




Kamis, 30 Maret 2017

Basic Laboratory Skill

Praktikum Pembuatan Herbarium

Herbarium merupakan contoh dari awetan kering. Dalam bidang penelitian biologi, dikenal istilah awetan kering dan awetan basah. Awetan basah adalah awetan tubuh atau bagian tubuh organisme dengan cara menyimpannya dalam larutan pengawet sedangkan awetan kering adalah awetan yang berupa tumbuhan atau hewan yang dikeringkan dengan cara serta proses tertentu. 

Hal yang perlu diperhatikan pada saat proses pembuatan herbarium :
  1. Tahap pengumpulan. Pengumpulan tanaman dilakukan dengan melakukan eksplorasi di lapangan. Selanjutnya masukan tumbuhan yang diperoleh kedalam vasculum, atau dimasukan saja kedalam halaman sebuah buku yang tebal. Ambilah terutama dari bagian tumbuhan yang berbunga dan  berbuah. Bagian dari tumbuhan yang besar sedikitnya panjangnya 30-40 cm dan sedikitnya harus ada satu daun dan satu inflorescencia yang lengkap, kecuali kalau bagiannya yang khusus masih terlalu besar. Lihatlah bagian tumbuhan yang berada dibawah tanah. Serta mencatat hal-hal yang penting dan kehususan seperti : warna, bau, bagian dalam tanah, tinggi tempat dari permukaan laut, tempat, banyaknya tanaman tersebut.
  2. Cara pengeringan. Tumbuhan diatur diatas kertas kasar dan kering, yang tidak mengkilat, misalkan kertas Koran. Letakan diantara beberapa halaman yang dobel dan sertakan dalam setiap jenis catatan yang dibuat untuk tanaman tersebut. Juga biasanya digunakan etiket gantung yang diikatkan pada bahan tumbuh-tumbuhan, yang nomornya adalah berhubungan dengan buku catatan lapangan. Tumbuh-tumbuhan yang berdaging tebal, direndam beberapa detik dalam air yang mendidih. Lalu tekanlah secara perlahan-lahan. Gantilah untuk beberapa hari kertas pengering tersebut. Ditempat yang kelembabannya sangat tinggi, dapat dijemur dibawah sinar mata hari atau didekatkan di dekat api (diutamakan dari arang). Tanaman dikatakan kering kalau dirasakan tidak dingin lagi dan juga terasa kaku. Diusahakan bahwa seluruh sample terus-menerus dalam keadaan kering. Makin cepat mereka mengering, maka makin baik warna itu dapat dipertahankan.
  3. Pengawetan. Tanaman yang dikeringkan selalu bersifat hygroscopis, akan mudah sekali terserang jamur. Oleh karena itu, penyimpanan herbarium di tempat kering dan jemurlah koleksi tersebut dibawah sinar matahari. Ddan dapat  di  taburi zat bubukan belerang, naphtaline atau yang lebih baik dapat digunakan paradichloorbenzol. Kedua zat yang terakhir ini menguap langsung dan terus-menerus.
  4. Temple herbarium. Temple herbarium. Tempelkan nama pada kertas dengan kertas label. Tuliskan diatas kertas herbarium data mengenai tanggal, tempat ditemukan, tempat mereka tumbuh, nama penemu, catatan khusus, nama familia dan nama spesies
Alat dan Bahan Pembuatan Herbarium:

  • Tumbuhan (Anda bisa memilih semua bagian tumbuhan dari akar sampai bunga atau jika terlalu besar bisa daun atau bagian tertentu saja)
  • Alkohol 70%
  • Semprotan
  • Kertas Koran
  • Karton
  • Benang Jahit
  • Isolatif
Langkah Membuat Herbarium:
  1. Pilihlah tumbuhan yang akan diawetkan. Bentuk dan jenis tumbuhan bisa mengikuti kebutuhan. Jika anda ingin mengoleksi tumbuhan dengan struktur yang lengkap maka anda bisa memilih rerumputan yang memiliki bunga dan berukuran tidak terlalu Semprot bahan yang akan diawetkan dengan alkohol 70%. Gunanya agar tumbuhan tidak mudah busuk oleh bakteri dan jamur. Siapkan beberapa lembar kertas koran dengan ukuran sekitar 23X48 cm atau yang sesuai dengan besar calon awetan.
  2. Letakkan calon awetan yang telah disemprot alkohol tadi di atas koran dengan posisi yang rapih. Untuk membentuk agar tampak lebih rapih kita bisa mengikat ranting menggunakan benang dan dan menjahitnya pada kertas sesuai keinginan.
  3. Tutup bahan dengan koran.
  4. Tindih atau jepit kuat bahan yang telah terbungkus koran dengan kayu atau bambu. Selanjutnya bahan yang telah kita proses ini disebut dengan istilah spesimen.
  5. Simpan spesimen selama 1 sampai 2 minggu di tempat kering dan tidak lembab.
  6. Jika sudah dirasa kering, keluarkan spesimen dari bungkusan kertas koran.
  7. Letakkan spesimen di atas kertas karton dengan rapih lalu rekatkan dengan isolatif transparan.
  8. Buat judul herbarium yang kamu miliki dan berikan keterangan-keterangan yang akan memperjelas bagian-bagian tumbuhan yang kamu awetkan.
  9. Agar lebih awet dan tampak lebih indah, kita bisa membuat dan memasukkan herbarium ke dalam bingkai sederhana dengan kardus dan plastik mika.
 Catatan:
  • Jika udara lembab, spesimen bisa kita jemur di bawah terik matahari atau di dekat api tanpa membuka korang pembungkus.
  • Usahakan untuk selalu mengganti kertas pelapis yang lembab dengan kertas yang kering secara priodik.
Pemusnahan Alat dan Reagen Tidak Terpakai:

  • Tumbuhan merupakan specimen yang digunakan sebagai contoh dalam laboratorium. Tumbuhan yang tidak terpakai bisa dibakar dan dijadikan kompos. 
  • Alkohol 70%  merupakan bahan kimia yang dipakai di laboratorium dan tidak berbahaya. Alkohol bisa langsung dibuang pembuangan. Alkohol  dapat larut dalam air sehingga dapat dibuang langsung melalui bak pembuangan limbah laboratorium.
  • Semprotan, Kertas Koran, Karton, Benang Jahit dan Isolatif merupakan peralatan yang tidak berbahaya dan masih bisa digunakan.

Kamis, 23 Maret 2017

Pemusnahan Alat dan Reagen Tidak Terpakai

Pemusnahan Alat dan Reagen Tidak Terpakai

Kertiasa (2006) mengelompokkan peralatan yang ada di laboratorium biologi sebagai berikut:
  1. Alat-alat optik, seperti mikroskop cahaya, mikroskop stereo, mikroskop elektron
  2. Alat-alat dan wadah dari kaca (kaca objek, cover glass, cawan petri, gelas beker, pipet tetes, tabung reaksi) dari porselen atau dari plastik yang tidak mudah terkorosi
  3. Alat-alat bantu seperti penjepit, sumbat karet, sumbat gabus, pelubang gabus, spatula, sikat tabung reaksi dan sikat buret serta corong,
  4. Alat-alat bedah dan pengerat seperti jarum, panci bedah, gunting, pinset, pisau,
  5. Alat peraga dan model seperti kerangka, torso, kotak genetika dan carta,
  6. Alat-alat ukur seperti neraca, termometer, hygrometer, stop watch, dan respirometer,
  7. Alat-alat penopang/penumpu seperti statif dan alasnya, kaki tiga, kasa, rak tabung reaksi,
  8. Alat pemanas, seperti pembakar spiritus
  9. Alat-alat untuk kegiatan lapangan seperti kuadrat, jala plankton

Bahan-bahan yang sering digunakan pada laboratorium biologi antara lain:
  1. Specimen merupakan hewan, tumbuhan dan mikrorganisme yang digunakan sebagai contoh dalam laboratorium. Specimen hewan contohnya Specimen Nyamuk Diptera Culicidae, Specimen Katak serasah (Leptobrachium hasseltii), Preparat Ulat Bulu, Specimen Cacing Trichuria, Preparat Awetan Erytrosit dan Berbagai Preparat Awetan Jaringan. Specimen tumbuhan yang digunakan untuk keperluan laboratorium perlu ditanam di lahan/kebun laboratorium maupun rumah kaca. Misalnya Specimen daun dan Specimen Bunga. Yang termasuk mikroorganisme adalah bakteri, jamur, alga, protozoa. Mikroorganisme untuk memeliharanya diperlukan media yang harus mengandung semua zat yang diperlukan untuk pertumbuhannya. Zat-zat itu antara lain senyawa organik (protein, karbohidrat, lemak), mineral, vitamin, dll. Contohnya Jamur Aspergillus sp. dan Cyanophyta Nostoc commune. Media untuk pertumbuhan mikroorganisme macamnya banyak sekali.
  2. Hewan percobaan. Laboratorium memerlukan pemeliharaan hewan percobaan yang bertubuh kecil, seperti: mencit/tikus putih (Mus musculus), tikus (Rattus norvegicus), marmot (Cavia porcellus), kelinci (Oryctolagus cuniculus), hamster (Mesocricetus auratus), dan kadang-kadang ayam (Gallus domesticus), itik (Anas platyrhynchos domesticus). Selain itu juga diperihara amfibi (kodok dan katak), ikan, dan serangga. Dalam pemeliharaan hewan percobaan di laboratorium harus dipahami 6 prinsip pengawasan pada pemeliharaan dan pembiakan, yaitu: Pengawasan lingkungan, Pengawasan status kesehatan, Pengawasan pegawai, Pengawasan makanan dan minuman, Pengawasan system pengelolaan dan pembiakan dan Pengawasan kualitas hewan.
  3. Model merupakan tiruan dari hewan atau manusia atau bagian-bagiannya. Model yang banyak terdapat di laboratorium sekolah antara lain model manusia, tengkorak, kulit, mata, dll.
  4. Bahan Kimia. Kebanyakan bahan kimia yang dipakai di laboratorium adalah berbahaya. Oleh karena itu untuk kesehatan dan keselamatan kerja, maka anggap semua bahan kimia berbahaya, kecuali benar-benar yakin bahwa bahan tersebut tidak berbahaya dan bekerjalah dengan jumlah sesedikit mungkin. Bahan kimia yang tidak berbahaya antara lain: gula (glukosa, fruktosa, sukrosa), aquadest, agar.
  5. Reagen dan Cat. Reagen dan Larutan Cat digunakan untuk melihat sel atau koloni mikroorgaisme di laboratorium. Contohnya Hucker’s Crystal Violet (Larutan Gram A), Lugol’s Iodine (Larutan Gram B), Alkohol-aceton (Larutan Gram C), Safranin 0,5% (Larutan Gram D), Carbol Fuchsin (Ziehl’s Neelsen A), Asam alkohol 3% (Ziehl’s Neelsen B), dan Methylen Blue 0,3% (Ziehl’s Neelsen C).

Peralatan laboratorium dapat dikelompokkan menjadi 2, yaitu:
  1. Peralatan consumable adalah peralatan laboratorium yang digunakan sekali pakai rusak atau dibuang atau dapat juga sekali pakai pecah atau mudah pecah. Yang termasuk peralatan ini adalah alat gelas, pipa gelas, pipa karet, kertas saring, kertas kromatografi, dll.
  2. Peralatan non-consumable adalah peralatan laboratorium yang dapat digunakan terus-menerus dan bukan sekali pakai. Yang termasuk peralatan ini adalah pembakar gas, mikroskop, peralatan elektronik, dll. Sebaiknya mikroskop dan peralatan elektronik disimpan terpisah.

Alat yang telah rusak dan tidak dapat dipakai lagi di data kemudian dipisahkan alat gelas dan alat non gelas. Alat non gelas di dimusnahkan dengan cara dibakar. Alat gelas dimusnahkan dengan cara ditimbun atau dikubur di dalam tanah. Secara umum, metode pembuangan limbah laboratorium terbagi atas empat metoda.
  1. Pembuangan langsung dari laboratorium
Metode pembuangan langsung ini dapat diterapkan untuk bahan-bahan yang dapat tidak berbahaya seperti specimen tumbuhan. Bahan-bahan yang dapat larut dalam air dibuang langsung melalui bak pembuangan limbah laboratorium.
  1. Pembakaran terbuka
Metode pembakaran terbuka dapat dterapkan untuk bahan-bahan organik yang kadar racunnya rendah dan tidak terlalu berbahaya. Bahan-bahan organik tersebut dibakar ditempat yang aman dan jauh dari pemukiman penduduk.
  1. Pembakaran dalam insenerator
Metode pembakaran dalam insenerator dapat diterapkan untuk bahan-bahan toksik yang jika dibakar ditempat terbuka akan menghasilkan senyawa-senyawa yang bersifat toksik.
  1. Dikubur di dalam tanah
Dengan perlindungan tertentu agar tidak merembes ke badan air. Metode ini dapat diterapkan untuk zat-zat padat yang reaktif dan beracun.


Daftar Pustaka

Kertiasa N. 2006. Laboratorium Sekolah dan Pengelolaannya. Bandung: Pudak Scientifik.






Jumat, 10 Maret 2017

Strategi Pemanfaatan Laboratorium IPA

Strategi Pemanfaatan Laboratorium IPA di Sekolah


No.
Strategi
Rencana Tindak
Sasaran Keterampilan Proses Sains
1.
Kelengkapan fasilitas pendukung (alat dan bahan)
  • Inventarisasi alat dan bahan
  • Analisis kebutuhan alat dan bahan
  • Pengadaan alat
  • Alat dan bahan alternatif
  • Menyedikan buku manual/SOP
  • Pemeliharaan fasilitas laboratorium
  • Alokasi anggaran
1.     Keterampilan observasi
2.     Keterampilan klasifikasi
3.     Keterampilan mengukur/menghitung/menganalisis
4.     Keterampilan mempraktekkannya/mencoba
5.     Keterampilan menyimpulkan
6.     Keterampilan memprediksi/
meramal
2.
Prasyarat pengetahuan
  • Menyediakan daftar istilah yang berhubungan dengan materi praktikum (glosarium)
  • Menyediakan tabel konversi satuan dan sifat-sifat fisik dan kimia (tabel sistem periodik)
  • Menyediakan tabel konstanta, misalnya g = 9,88 m/s2
  • Menyediakan akses internet (search engine informasi)
3.
Teknologi baik itu sederhana atau modern. Misalnya: virtual laboratorium
  • Menyediakan akses internet (wifi); virtual laboratorium video panduan
  • Menyediakan alat-alat peraga sederhana
  • Menyediakan perkakas laboratorium seperti gunting, tang, obeng, pisau, penjepit
  • Menyediakan infokus dan LCD
4.
Sumber daya manusia profesional
  • Merekrut secara selektif tenaga laboratorium yang memenuhi standar kompetensi laboratorium
  • Menyelenggarakan pelatihan atau workshop
  • Menyediakan insentif yang sesuai UMR (kompensasi). Catatan: bagi guru diberikan insentif beban kinerja atau jam
  • Menyiapkan sistem penjaminan mutu laboratorium (Standar operasional bekerja di laboratorium = Quality assurance laboratory

Senin, 06 Maret 2017

Sistem Manajemen Mutu Laboratorium IPA

Sistem Manajemen Mutu Laboratorium IPA


1. Organisasi Laboratorium 

Laboratorium memiliki struktur organisasi yang setiap anggotanya memiliki tugas pokok dan fungsi masing-masing. Kepala sekolah dalam organisasi laboratorium memiliki tugas dan fungsi sebagai penanggungjawab. Kepala sekolah dan kepala laboratorium memiliki hubungan hierarki dalam struktur organisasi laboratorium. Dalam struktur organisasi laboratorium juga ada teknisi dan laboran yang masing-masing memiliki tugas pokok dan fungsi dalam laboratorium.

2. Personal

Aspek personal dalam manajemen mutu berkaitan dengan kompetensi dari setiap tenaga yang ada di laboratorium. Kompetensi yang harus dimiliki setiap kepala laboratorium, teknisi, dan laboran mengacu pada standar pemerintah No. 26 Tahun 2008. Adapun kompetensi yang harus dimiliki antara lain: 
  • kompetensi kepribadian
  • kompetensi sosial
  • kompetensi manajerial
  • kompetensi administratif
  • kompetensi profesional

3. Equipment

Equipment dimaksud disini adalah peralatan yang ada di laboratorium. Adapun peralatan di laboratorium yaitu tabung reaksi, cawan petri, pipet tetes, pengaduk, gelas ukur, spiritus, dan segala alat yang biasa dipakai dalam praktikum. 

4. Information management

Informasi dibedakan berdasarkan sifatnya ada 2 yaitu akuntabilitas dan responsibilitas. Informasi yang bersifat akuntabilitas adalah informasi yang arahnya vertikal (keatas). Informasi yang bersifat akuntabilitas dapat dikatakan administratif. Informasi yang bersifat responsibilitas adalah informasi yang arahnya horizontal (kiri-kanan dan bawah). Informasi yang responsibilitas ini dapat dikatakan bersama. Saat memanajemen informasi yang ada di laboratorium harus bisa membedakan antara informasi yang bisa dibagikan ke publik dengan informasi yang tidak bisa dibagikan ke publik. Sebagai contoh, kita tidak boleh memberitahukan informasi tentang dimana membeli zat-zat kimia yang sifatnya terlarang karena dapat dimanfaatkan oleh oknum-oknum tertentu untuk kepentingan kriminal. Selain itu, kita sebaiknya melaporkan aliran dana yang ada di laboratorium kepada anggota organisasi laboratorium saja.  

5. Proses Pengendalian

Proses pengendalian lebih menekankan pada penggunaan bahan yang berbahaya terhadap praktikum terutama limbah. Setiap laboratorium harus memiliki tempat pembuangan limbah hasil praktikum. Sebaiknya limbah dibuang di tempat sampah yang berbeda-beda sesuai jenis limbahnya agar tidak terjadi kontaminasi ataupun kecelakaan yang dapat membahayakan keselamatan orang-orang yang ada di laboratorium. Terkait penggunaan bahan yang berbahaya dalam praktikum sebaiknya diganti dengan bahan yang lebih aman bagi keselamatan praktikan akan tetapi fungsinya sama. 

6. Purchasing and Inventory

Sebelum membeli barang untuk laboratorium sebaiknya di data dahulu alat dan bahan yang ada di laboratorium. Alat dan bahan yang ada dicek kelayakannya dan jumlahnya. Apabila stok alat atau bahan tinggal sedikit sebaiknya cepat-cepat dibeli atau dipesan sebelum praktikum dilaksanakan agar tidak menghambat keterlaksanaan praktikum. Inventarisasi alat dan bahan harus terus dilakukan dan dicatat sebagai laporan kepada kepala laboratorium. Inventarisasi yang baik dapat menunjang kemajuan laboratorium.

7. Document and Record

Dokumen yang ada di laboratorium meliputi berita acara serta dokumen-dokumen kegiatan yang ada di laboratorium. Perekaman berkaitan dengan alat yang dipakai di laboratorium. Setiap kegiatan di laboratorium harus terdokumentasi dengan baik sebagai pertanggungjawaban dalam mengelola laboratorium.

8. Occurred Management  

Manajemen terkait penyimpangan di laboratorium ditekankan pada antisipasi. Keamanan dan keselamatan di laboratorium harus dibuat standar operasional prosedur (SOP). 

9. Assesment 

Penilaian merupakan target ketercapaian untuk setiap jenis layanan yang ada di laboratorium. Setiap kegiatan yang ada di laboratorium haruslah dievaluasi atau dimonitoring.

10. Facility and Safety

Fasilitas yang mendukung keselamatan kerja di laboratorium antara lain: ventilasi, lemari asam, alat pemadam kebakaran, aliran listrik, aliran air, dan sebagainya. Selain itu, gunakanlah baju lab, masker dan sarung tangan saat praktikum guna perlindungan diri dari bahaya zat ataupun alat. 

11. Customer service

Kerja customer service adalah piket terhadap kebersihan dan pelayanan yang ada di laboratorium. Sekolah yang laboratoriumnya tidak memiliki customer service bisa meminta siswa untuk membantu saat ada praktikum akan tetapi tidak mengganggu aktivitas belajar siswa tersebut. 

12. Process improvement 

Proses kemajuan terhadap laboratorium dapat dilakukan dengan cara merefleksi setiap kegiatan yang ada di laboratorium. Refleksi ini sangat penting dilakukan guna kemajuan laboratorium. Tanamkanlah prinsip: Hari ini lebih baik dari hari kemarin.


Standar Tenaga Laboratorium Sekolah

Standar Tenaga Laboratorium Sekolah


Berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 26 Tahun 2008 Tanggal 11 Juni 2008 memutuskan kualifikasi:

1. Kepala Laboratorium

  • Pendidikan minimal sarjana S1
  • Berpengalaman minimal 3 tahun sebagai pengelola laboratorium
  • Memiliki sertifikat kepala laboratorium dari perguruan tinggi yang ditetapkan pemerintah
2. Teknisi Laboratorium 
  • Pendidikan minimal D2 yang relevan dengan peralatan laboratorium
  • Memiliki sertifikat teknisi laboratorium dari perguruan tinggi yang ditetapkan pemerintah
3. Laboran
  • Pendidikan minimal D1 yang relevan dengan jenis laboratorium
  • Memiliki sertifikat laboran dari perguruan tinggi yang ditetapkan pemerintah
Sebagai tenaga laboratorium harus memiliki kompetensi yakni :

1. Kepala laboratorium
  • Kompetensi kepribadian meliputi: a) menampilkan diri sebagai pribadi yang dewasa, mantap, dan berakhlak mulia, b) menunjukkan komitmen terhadap tugas
  • Kompetensi sosial meliputi: a) bekerja sama dalam pelaksanaan tugas, b) berkomunikasi secara lisan dan tulisan
  • Kompetensi manajerial meliputi: a) merencanakan kegiatan dan pengembangan laboratorium, b) mengelola kegiatan laboratorium c) membagi tugas teknisi dan laboran  d) memantau sarana dan prasarana laboratorium e) mengevaluasi kinerja teknisi dan laboran serta kegiatan laboratorium
  • Kompetensi profesional meliputi: a) menerapkan gagasan, teori dan prinsip kegiatan laboratorium b) memanfaatkan laboratorium untuk kepentingan pendidikan dan penelitian c) menjaga kesehatan dan keselamatan kerja di laboratorium 
2. Teknisi laboratorium
  • Kompetensi kepribadian meliputi: a) menampilkan diri sebagai pribadi yang dewasa, mantap, dan berakhlak mulia, b) menunjukkan komitmen terhadap tugas
  • Kompetensi sosial meliputi: a) bekerja sama dalam pelaksanaan tugas, b) berkomunikasi secara lisan dan tulisan
  • Kompetensi administratif meliputi: a) merencanakan pemanfaatan laboratorium b) mengatur penyimpanan bahan, peralatan, perkakas, dan suku cadang laboratorium 
  • Kompetensi profesional meliputi: a) menyiapkan kegiatan laboratorium b) merawat peralatan dan bahan di laboratorium c) menjaga kesehatan dan keselamatan kerja di laboratorium
  • Kompetensi khusus: 1) Teknisi Laboratorium IPA, Fisika, Kimia, Biologi dan Program Produktif SMK yaitu membuat peralatan praktikum sederhana dan membuat paket bahan siap pakai untuk kegiatan praktikum 2) Teknisi Laboratorium Bahasa yaitu membuat rekaman audio visual dalam berbagai media untuk kepentingan pembelajaran 3) Teknisi Laboratorium Komputer yaitu memelihara kelancaran jaringan komputer dan mengoperasikan program aplikasi sesuai dengan kebutuhan mata pelajaran
3. Laboran 
  • Kompetensi kepribadian meliputi: a) menampilkan diri sebagai pribadi yang dewasa, mantap, dan berakhlak mulia, b) menunjukkan komitmen terhadap tugas
  • Kompetensi sosial meliputi: a) bekerja sama dalam pelaksanaan tugas, b) berkomunikasi secara lisan dan tulisan
  • Kompetensi administratif meliputi: a) menginventarisasi bahan praktikum b) mencatat kegiatan praktikum
  • Kompetensi profesional meliputi: a) merawat ruang laboratorium b) mengelola bahan dan peralatan laboratorium c) melayani kegiatan praktikum d) menjaga kesehatan dan keselamatan kerja di laboratorium

Minggu, 26 Februari 2017

Penanganan Bahan Kimia

Tipe Bahaya Bahan Kimia

1. Bahan yang mudah meledak (eksplosip)

Ledakan dapat terjadi karena adanya gesekan, loncatan api, pemanasan dan bantingan terhadap bahan kimia seperti ammonium karbonat. Bahan yang mudah meledak disimpan dalam ruangan kering dan bersih. Jika melakukan aktivitas dengan bahan yang mudah meledak harus di lakukan di lemari asam menggunakan alat pelindung dari plastik yang transparan dan tebal serta siap dengan alat pemadam kebakaran.

2. Bahan yang beracun (toksis)

Bila memungkinkan penggunaan bahan kimia beracun diusahakan diganti dengan zat lain yang setara yang tidak beracun atau sifat toksisitasnya lebih rendah. Sebagai contoh, benzena diganti dengan toluene. Apabila bekerja dengan bahan kimia beracun maka dilakukan di lemari asam dengan menggunakan masker yang spesifik. Spesifikasi masker dapat dilihat dari pita yang melekat pada filternya sebagai berikut:

  • putih : asam pekat
  • hitam : asam sianida
  • hijau : amoniak
  • biru : CO
  • putih strip kuning : gas klor
  • kuning : asam dan uap organic
  • coklat : asam, uap organic, dan amoniak
  • mekanik (perban) : debu

3. Bahan yang mudah terbakar

Terjadinya kebakaran hanya dapat dimengerti bila memahami segitiga api yaitu:
A : Oksigen
B : Bahan bakar
C : Sumber api
Kebakaran akan terjadi bila tiga unsur tersebut terpenuhi.

Klasifikasi kebakaran sebagai berikut:
Kelas kebakaran A : bahan mudah terbakar seperti kertas, kayu, tekstil, plastik
Kelas kebakaran B : pelarut mudah terbakar seperti benzene, toluene dan eter
Kelas kebakaran C : instalasi listrik seperti travo dan peralatan listrik
Kelas kebakaran D : logam alkali seperti logam Na dan Li

Penanganan kebakaran sesuai kelas kebakaran sebagai berikut:
  • air untuk kelas kebakaran A, B, C dengan warna tabung merah
  • busa untuk kelas kebakaran A, B  dengan warna tabung krem
  • tepung untuk kelas kebakaran A, B, C, D dengan warna tabung biru
  • halogen untuk kelas kebakaran A, B, C, D dengan warna tabung hijau
  • karbondioksida untuk kelas kebakaran A, B, C, D dengan warna tabung hitam
  • pasir untuk kelas kebakaran A dan B

Selain alat pemadam kebakaran juga harus tersedia selimut api dan pasir. Sebaiknya adakan simulasi kebakaran.

4. Bahan yang dapat menimbulkan bahaya kecil

Bahan ini bila masuk ke dalam organ tubuh akan menyebabkan gangguan kesehatan seperti piridin pada laki-laki dan piperidin untuk perempuan. Untuk pencegahan maka aktivitas dilakukan di lemari asam.

5. Bahan yang bersifat korosif

Bahan yang bila kontak dengan tubuh dapat merusak jaringan seperti brom. Urutan sifat korosif dalam bentuk gas > cair  > padat. Untuk pencegahannya gunakan sarung tangan dari plastik dan masker. Bila terjadi kontak dengan bahan korosif maka tindakan pertama adalah menyiram dengan air sebanyak-banyaknya sebelum dibawa ke dokter.

6. Bahan yang dapat menimbulkan iritasi

Bahan ini bila kontak dengan tubuh dapat menyebabkan lecet kulit, mata dan mengganggu pernafasan seperti fenol. Pencegahannya digunakan sarung tangan dari plastik.

7. Bahan yang dapat menghasilkan radiasi

Bahan ini bersifat radioaktif yang dapat memancarkan sinar alfa, beta dan gama sehingga dapat merusak jaringan tubuh (mutasi gen) khususnya di laboratorium nuklir seperti BATAN. Pencegahannya dengan menggunakan baju timbal.


Penyimpanan Bahan Kimia
  1. Bahan yang mudah meledak disimpan di ruangan yang dingin dan berventilasi. Hindari benturan, gesekan, dan loncatan api serta panas
  2. Bahan yang mudah terbakar disimpan di ruangan dingin dan berventilasi serta tersedia alat pemadaman kebakaran. Hindari kontak langsung dengan udara dan sumber api
  3. Bahan yang mudah teroksidasi disimpan di ruangan yang dingin dan berventilasi. Hindari panas, bahan mudah terbakar dan reduktor.
  4. Bahan korosif disimpan di ruangan dingin dan berventilasi. Hindari kontaminasi dengan udara, pernafasan serta kontak dengan kulit juga mata, wadah tertutup rapat, berlabel dan dipisahkan dari bahan beracun
  5. Bahan beracun hindari kontaminasi dengan udara, pernafasan serta kontak kulit dan mata, terpisah dari bahan yang dapat berinteraksi, sediakan alat pelindung diri, pakaian kerja, masker dan sarung tangan
  6. Bahan yang iritan disimpan di ruangan dingin dan berventilasi. Hindari kontaminasi dengan udara, pernafasan, kulit dan mata
  7. Bahan radioaktif disimpan di ruangan yang didesain khusus
  8. Bahan reaktif terhadap air disimpan di ruangan dingin, kering, dan berventilasi. Hindari air, api, panas dan disediakan tabung kebakaran dengan bahan karbondioksida
  9. Bahan reaktif terhadap asam disimpan di ruangan dingin, kering, dan berventilasi. Hindari asam, sumber api, panas, dan ruang penyimpanan perlu didesain khusus agar tidak terjadi kantong-kantong hidrogen
  10. Gas bertekanan disimpan di ruangan dingin dan tidak terkena langsung dengan sinar matahari. Hindari api, panas, bahan korosif yang dapat merusak keran dan katub. Bila tidak digunakan disimpan dalam keadaan tidur. Bila digunakan disimpan dalam keadaan berdiri dan terikat ke dinding khususnya untuk tabung yang tinggi
  11. Bahan yang bila berdekatan akan menimbulkan racun, reaksi hebat, kebakaran atau ledakan

Daftar Pustaka

Sitorus, M.S., dan Sutiani, A., 2013. Pengelolaan dan Manajemen Laboratorium Kimia. Yogyakarta: Graha Ilmu.



Manajemen Laboratorium

Manajemen laboratorium adalah usaha untuk mengelola laboratorium berdasarkan konsep manajemen baku. Pengelolaan laboratorium yang baik tergantung beberapa faktor yang saling berkaitan satu dengan yang lainnya. Untuk mengelola laboratorium dengan baik maka harus dipahami mengenai perangkat manajemen laboratorium sebagai berikut:

  1. tata ruang
  2. peralatan yang baik dan terkalibrasi
  3. infrastruktur
  4. administrasi laboratorium
  5. organisasi laboratorium
  6. fasilitas pendanaan
  7. inventarisasi dan keamanan
  8. pengamanan laboratorium
  9. disiplin yang tinggi
  10. keterampilan SDM
  11. peraturan dasar
  12. penanganan masalah umum dan jenis-jenis pekerjaan
Semua perangkat manajemen laboratorium jika dikelola secara optimal maka akan mendukung implementasi manajemen laboratorium yang baik. Dengan demikian manajemen laboratorium dapat dipahami sebagai suatu tindakan pengelolaan yang kompleks dan terarah sejak perencanaan tata ruang sampai dengan perencanaan semua perangkat penunjang lainnya dengan pusat aktivitasnya adalah tata ruang.


Daftar Pustaka

Sitorus, M.S., dan Sutiani, A., 2013. Pengelolaan dan Manajemen Laboratorium Kimia. Yogyakarta: Graha Ilmu.

7 Unsur Pokok Pengelolaan Laboratorium

Ada 7 unsur pokok dalam pengelolaan laboratorium sebagai berikut:

1. Perencanaan 

Perencanaan laboratorium ditujukan untuk beberapa hal yakni:

  • mengatur segala kegiatan yang diselenggarakan di laboratorium yang terdiri dari penelitian, eksperimen, aplikasi teori, pengujian teori dsb.
  • menentukan indikator keberhasilan dalam setiap tahapan dari kegiatan yang direncanakan.
Selain itu, perencanaan ditujukan untuk beberapa kegiatan penting di laboratorium diantaranya:


  • pelayanan praktikum
  • penelitian
  • pengadaan peralatan
  • pengadaan kebutuhan bahan
  • optimalisasi sumber daya, baik dari sisi tenaga pengajar, pembimbing, para ahli, maupun para peserta penelitian
  • mencari sumber-sumber dana untuk kemandirian laboratorium dan maintenance.
2. Pengaturan 


Pengaturan laboratorium mencakup dua hal pokok yaitu:

  • setting secara fisik
  • regulating (pengaturan jadwal kegiatan dan penyusunan perangkat lunak untuk terlaksananya ketertiban dan keselamatan bekerja di laboratorium)
Ada prinsip yang harus diperhatikan oleh pengelola laboratorium ketika melakukan dan menentukan setting laboratorium sebagai berikut:


  • keselamatan penempatan alat dan bahan laboratorium
  • efektivitas dan efisiensi berkaitan dengan penggunaan alat laboratorium
  • kemudahan pengawasan 
3. Regulating


Aturan saat bekerja di laboratorium meliputi:

  • struktur organisasi
  • job description 
  • diagram alur
  • penjadwalan
  • tata tertib
  • prosedur penggunaan alat
  • petunjuk praktikum
  • prosedur keselamatan kerja
4. Pencatatan 


Pencatatan sangat dibutuhkan dalam pengelolaan laboratorium dan harus ada dalam manajemen pengelolaan laboratorium. Pencatatan dapat dilakukan terhadap semua hal yang berkaitan dengan laboratorium mulai dari peralatan, kegiatan-kegiatan, tenaga pengajar, para peserta, sponsor, mitra kerja sama, dan keuangan serta masih banyak hal lainnya. Pencatatan juga bisa dilakukan hanya pada hal pokok dalam laboratorium, seperti seluruh kegiatan laboratorium, peredaran keuangan dan peralatan laboratorium.

5. Pemeliharaan

Pemeliharaan secara periodik terhadap beberapa hal pokok seperti:

  • seluruh utility ruangan
  • listrik
  • gas
  • pemadaman kebakaran
  • detektor
  • kondisi alat laboratorium serta aksesorisnya

6. Keselamatan Laboratorium

Kecelakaan bisa terjadi pada siapa saja yang melakukan kegiatan di laboratorium. Kecelakaan terjadi sifatnya diluar kemauan atau kemampuan para pengelola laboratorium termasuk juga para peneliti di laboratorium. Kecelakaan bisa saja terjadi dalam sekejap namun kerusakan dan kerugiannya bisa sangat besar. Prosedur penanganan kecelakaan laboratorium juga tergantung pada jenis kecelakaannya. Penanganan kecelakaan memerlukan keterampilan khusus dari seorang pengelola laboratorium.

7. Pendanaan

Kegiatan laboratorium tidak akan berjalan lancar, efektif, dan efisien tanpa diiringi dengan pendanaan yang baik dan terperinci sekalipun laboratorium tersebut memiliki persediaan keuangan yang sangat banyak. Cara yang paling mudah untuk mendapatkan sumber dana adalah sebagai berikut:

  • biaya praktikum yang dipungut dari setiap peserta
  • uang pendaftaran bagi setiap peserta
  • sponsor 
  • anggaran khusus dari lembaga yang menaungi laboratorium


DAFTAR PUSTAKA

Decaprio. R., 2013. Tips Mengelola Laboratorium Sekolah. Yogyakarta: Diva Press.


Struktur Organisasi Laboratorium

Struktur Organisasi Laboratorium dan Tugasnya


Laboratorium memiliki struktur organisasi didalamnya guna mengelola kegiatan di laboratorium. Adapun struktur organisasi di dalam laboratorium adalah sebagai berikut:

1. Kepala Laboratorium bertugas:

  • Memberikan tugas kepada penanggungjawab teknis, koordinator laboratorium, koordinator peserta kegiatan di laboratorium dan memberi tugas kepada laboran. 
  • Memberikan bimbingan, motivasi, pemantaun, dan evaluasi pada petugas laboratorium.
  • Memberikan motivasi kepada para peserta yang terlibat dalam kegiatan laboratorium.
  • Menyediakan dana untuk keperluan operasional laboratorium.

2. Supervisor bertugas:

  • Melakukan checklist day to day yaitu selalu mengontrol kegiatan laboratorium setiap hari.
  • Memonitor penataan barang serta menjaga dan memonitor keutuhan fungsi dan barang laboratorium.
  • Melakukan pengecekan penerimaan peserta penelitian di laboratorium serta melakukan pemantauan hasil penelitian, praktik, atau eksperimen yang dilakukan di laboratorium.
  • Mengawasi kelancaran kegiatan penelitian, praktik atau eksperimen yang dilakukan di laboratorium.
  • Melakukan konseling dengan para bawahan di laboratorium.

3. Penanggungjawab teknis laboratorium, bertugas:

  • Bertanggungjawab atas kelengkapan administrasi laboratorium seperti absensi, kartu peserta, buku inventaris barang, buku noninventaris barang, buku peminjaman barang, jurnal kegiatan praktik, buku servis peralatan laboratorium, buku stok barang dan buku pemeriksaan peralatan.
  • Bertanggungjawab atas kelancaran kegiatan laboratorium.
  • Mengusulkan pengadaan alat atau bahan laboratorium.
4. Koordinator Laboratorium bertugas:


  • Mengkoordinir para peserta, pelatih, dan pembimbing dalam kegiatan penelitian, praktik, dan eksperimen di laboratorium.
  • Koordinator memiliki tugas yang sama seperti penanggungjawab teknis laboratorium yaitu dalam hal pengusulan alat dan bahan kepada kepala laboratorium.
5. Laboran adalah tenaga kependidikan yang bekerja di laboratorium dan membantu proses penelitian di laboratorium, bertugas:


  • Mengerjakan administrasi laboratorium.
  • Mengatur alat atau bahan laboratorium.
  • Bertanggungjawab atas kebersihan alat dan ruang laboratorium serta perlengkapannya.
  • Membantu para pembimbing, guru, pelatih, selama kegiatan eksperimen berlangsung di laboratorium.


DAFTAR PUSTAKA

Decaprio, R., 2013. Tips Mengelola Laboratorium Sekolah. Yogyakarta: Diva Press.

Apa itu Laboratorium?

Mengenal Laboratorium

Laboratorium sering disingkat menjadi "lab" yang merupakan tempat untuk melakukan eksperimen bagi para scientist. Banyak sumber yang mendefinisikan tentang apa itu laboratorium. Laboratorium menurut Decaprio (2013: 16) adalah tempat dilakukannya suatu riset ilmiah, percobaan, pengukuran, ataupun pelatihan ilmiah. Tidak berbeda jauh dengan pendapat Decaprio, laboratorium juga didefinisikan sebagai tempat untuk melakukan berbagai percobaan atau penelitian (Sitorus dan Sutiani, 2013: 1). Pada umumnya laboratorium dirancang untuk dilakukannya berbagai macam kegiatan penelitian guna menguji teori dan praktik ilmiah dari berbagai disiplin ilmu.

Laboratorium dibedakan berdasarkan disiplin ilmu seperti laboratorium biologi, laboratorium fisika, laboratorium kimia, laboratorium bahasa, dan laboratorium komputer. Berbagai jenis laboratorium antara lain laboratorium pendidikan dan laboratorium riset. Laboratorium pendidikan adalah laboratorium yang digunakan untuk pendidikan terutama tingkat SD, SMP, SMA, hingga Perguruan Tinggi. Contohnya laboratorium IPA, laboratorium bahasa dan laboratorium komputer. Laboratorium riset adalah laboratorium yang digunakan oleh para praktisi keilmuan dalam upaya menemukan sesuatu untuk meneliti sesuatu yang menjadi kajian bidang keahliannya.

Laboratorium juga memiliki banyak fungsi. Menurut Decaprio (2013: 17) fungsi laboratorium antara lain:
  1. Menyeimbangkan antara teori dan praktik ilmu dan menyatukan antara teori dan praktik.
  2. Memberikan keterampilan kerja ilmiah bagi para peneliti, baik dari kalangan siswa, mahasiswa, dosen ataupun peneliti lainnya.
  3. Memberikan dan memupuk keberanian para peneliti untuk mencari hakikat kebenaran ilmiah.
  4. Menambah keterampilan dan keahlian para peneliti dalam mempergunakan alat media yang tersedia di dalam laboratorium untuk mencari dan menentukan kebenaran ilmiah.
  5. Memupuk rasa ingin tahu kepada para peneliti mengenai berbagai macam ilmu sehingga akan mendorong mereka untuk selalu mengkaji dan mencari kebenaran ilmiah.
  6. Memupuk dan membina rasa percaya diri para peneliti.
  7. Sebagai sumber belajar untuk memecahkan berbagai masalah.
  8. Sebagai sarana belajar bagi para siswa, mahasiswa, dosen, dan peneliti lainnya


DAFTAR PUSTAKA

Decaprio, R., 2013. Tips Mengelola Laboratorium Sekolah. Yogyakarta: Diva Press.
Sitorus, M.S., dan Sutiani, A., 2013. Pengelolaan dan Manajemen Laboratorium Kimia. Yogyakarta: Graha Ilmu.